PelatihanPengolahan Sampah Skala Rumah Tangga di Desa Penyaring. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 1(1), 88-96. H. R., & Hadiyarto, A. (2011). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(1), 31-38. & Sadarang, R. A. I. (2020). Pengelolaan sampah dengan pendekatan Asset-Based Community Penangkapannyamuk dilakukan di Desa Parombean dan Desa Potokulin mulai pukul WITA. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Desa Parombean ditemukan 30 spesies nyamuk, delapan genus dan Culex vishnui menjadi spesies nyamuk yang terbanyak. Sulawesi dan beberapa pulau di Sulawesi Selatan tersebar di beberapa Maluku. Brugia timori PULAUSANROBENGI : Desa Boddiya, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan Peta persaingan Grup D Piala Dunia 2014 menjadi berantakan ketika Uruguay ditekuk Kosta Rika 1-3 dan Italia mengalahkan Inggris 2-1 dalam pertandingan dini hari hingga pagi ini. Progampemberdayaan umkm kembali dilakukan dengan menyasar penerima zakat di Sulawesi Selatan, termasuk di desa terpencil, di 24 kabupaten kota. #baznas #bantuanmodal #pemberdayaan Artikel ini Halamanhalaman dalam kategori "Desa di Sulawesi Selatan" A'bulosibatang, Marusu, Maros Abbanuange, Lilirilau, Soppeng Abbanuangnge, Maniang Pajo, Wajo Abbanuangnge, Pammana, Wajo Abbokongang, Kulo, Sidenreng Rappang Ajakkang, Soppeng Riaja, Barru Ajangpulu, Sibulue, Bone Ajjalireng, Tellu MaksudM, Chadijah S, Mustafa H, Kurniawan A, Murni M. Keanekaragaman Spesies Nyamuk di Daerah Transmission Assesment Survey (TAS) Filariasis di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan. blb [Internet]. 30Jun.2020 [cited 20Jul.2022];16(1):79-. Daftarnama Desa/Kelurahan di Kecamatan Tallo di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) : - Kelurahan/Desa Bunga Eja Beru (Kodepos : 90211) - Kelurahan/Desa La Latang (Kodepos : 90211) - Kelurahan/Desa Lakkang (Kodepos : 90211) - Kelurahan/Desa Suwangga (Kodepos : 90211) - Kelurahan/Desa Buloa (Kodepos : 90212) RehabilitasiJaringan Irigasi Tersier Di Desa Topanda Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. 01 Desember 2021 Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program yang di laksanakan yaitu rehabilitasi jaringan irigasi yang merupakan faktor penting dalam proses usahatani yang berdampak langsung terhadap kualitas dan DesaPakattau, Sulawesi Selatan Proses pembentukan percontohan desa antikorupsi dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu observasi, bimbingan teknis, dan penilaian. Hadir juga dalam acara Pembentukan Percontohan Desa Antikorupsi TA 2022 pada 10 Provinsi di Indonesia Dirjen Bina Pemerintahan Desa Kemendagri Yusharto Huntoyungo, Inspektur Jenderal Ini5 Desa Adat di Sulawesi Selatan, Desa Tompo Bulu, Bulupoddo memiliki ritual unik bagi siapa saja yang ingin masuk ke wilayah ini. Sebagai tanda penghormatan pada para leluhur, kamu harus mengambil sebuah batu dan selembar daun. Kemudian meletakkan batu tersebut di atas daun. 0jlflF. Perekonomian Sulawesi Selatan tumbuh 7,23 persen pada tahun 2017, tertinggi kedua di Indonesia. Struktur perekonomian yang mendominasi adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan 22,89 persen, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 13,94 persen, industri pengolahan 13,71 persen, dan konstruksi 12,74 persen. Lalu bagaimana jika struktur perekonomian tersebut di disagregasi hingga level desa? Bagaimana pula ketersediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan utama masyarakat di desa? Dan terakhir, bagaimana peran desa dalam pembangunan nasional? Sampai saat ini, data level desa terbaru yang bisa digunakan adalah data Potensi Desa Podes 2014 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik BPS. Jadi data yang digunakan pada tulisan ini mencerminkan situasi pada tahun 2014. Berdasarkan Podes 2014, Sulawesi Selatan tercatat memiliki desa, 306 kecamatan, dan 24 kabupaten/kota. Ini berarti, rata-rata jumlah desa di setiap kabupaten/kota adalah 126 desa, dengan jumlah desa yang paling banyak di Kabupaten Bone 327 desa dan paling sedikit di Kota Pare-Pare 22 desa. Sebanyak 89 persen desa di Sulawesi Selatan menjadikan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai sumber penghasilan utama dari sebagian besar penduduk-nya. Adapun sebagian desa lainnya adalah sektor jasa 5 persen desa, sektor perdagangan besar/eceran dan rumah makan 4 persen desa, dan sektor lainnya 1 persen desa. Ini berarti mata pencaharian penduduk di Sulawesi Selatan dominan di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Grafik 1. Grafik 1. Sektor yang Menjadi Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk di Desa Pada desa yang penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah pertanian, kehutanan dan perikanan, sebanyak 64 persen desa yang komoditi/subsektor-nya adalah padi. Ini mencerminkan penghasilan utama sebagian besar penduduk di Sulawesi Selatan berasal dari komoditi padi. Adapun desa lainnya, komoditi/subsektor yang dominan adalah perkebunan 15 persen desa, palawija 10 persen desa, perikanan tangkap dan budidaya 7 persen desa, holtikultra 3 persen desa, dan lainnya 1 persen desa. Grafik 2. Komoditi/Subsektor pada Desa yang Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Namun dukungan infrastruktur antara satu desa dengan lainnya masih belum merata. Pada desa yang sektor dominannya adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan, hanya 25 persen desa yang memiliki infrastruktur jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa yang sudah diaspal/dibeton. Sebagian besar desa ternyata masih jalan tanah 37 persen dan diperkeras 34 persen. Masih minimnya ketersediaan infrastruktur jalan di sebagian besar desa di Sulawesi Selatan ini perlu perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah/desa. Lumrah diketahui infrastruktur jalan berperan penting dalam mendorong dan mengoptimalkan potensi ekonomi di desa. Jika perekonomian desa di Sulawesi Selatan maju, maka secara langsung maupun tidak langsung akan berkontribusi pada kemajuan perekonomian provinsi. Dengan membangun desa, maka kita akan memiliki basis perekonomian yang kuat. Kemiskinan dan ketimpangan juga akan berkurang signifikan. Grafik 3. Kondisi Jalan dari Sentra Produksi/Lahan Pertanian ke Jalan Utama Desa Dari paparan data di atas, maka setiap upaya pemerintah, baik pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota untuk membangun desa harus didukung. Sejak tahun 2015, pemerintah menyalurkan dana desa yang pada APBN 2018 dianggarkan sebesar Rp. 60 triliun. Meskipun implementasinya masih ada kekurangan, transfer ke desa ini merupakan langkah tepat untuk mengoptimalisasi potensi desa. Argumentasinya, pemerintah di masing-masing desa-lah yang paling mengetahui kebutuhan masyarakat di desa tersebut. Jika yang paling banyak dibutuhkan oleh rakyat di desa adalah jalan, maka seyogianya penyediaan jalan yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah desa. Oleh karena itu, kemajuan perekonomian desa merupakan awal mula dari kemajuan perekonomian nasional. Jika perekonomian setiap desa dalam suatu kabupaten/kota maju, maka otomatis maju pula kabupaten tersebut. Jika perekonomian setiap kabupaten/kota dalam suatu provinsi maju, maka otomatis maju pula provinsi tersebut. Dan terakhir, jika perekonomian setiap provinsi itu maju, maka otomatis maju pula perekonomian secara nasional. Paradigma berpikir ini lah yang sepertinya menjadi strategi kebijakan pembangunan ekonomi saat ini. Tidak kalah pentingnya, kebijakan ini harus disambut dengan perubahan paradigma berpikir oleh seluruh kepala desa di Indonesia. Dana desa bukan untuk foya-foya kepala desa dan orang-orang di sekitarnya, tapi untuk kepentingan rakyat secara menyeluruh. Setiap kepala desa harus memiliki visi, mau dibawa ke mana pembangunan desa, setidaknya selama periode kepemimimpinannya. Hal ini agar penggunaan dana desa bisa lebih optimal untuk mendukung visi pembangunan desa. Randi Kurniawan Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang patut untuk dilestarikan. Adanya berbagai suku yang mendiami wilayah ini membuat tradisi dan kebudayaannya pun beragam. Mulai dari bahasa, pakaian adat, rumah adat sampai upacara adat yang memiliki filosofi serta tujuan berwisata ke Sulawesi Selatan bukan hanya menikmati keindahan alam, tapi juga belajar kekayaan budaya lokal. Sebagian besar kebudayaan di Sulawesi Selatan masih terjaga dan menjadi kearifan lokal hingga saat ini. Bukan hanya Bali yang memiliki desa adat, Sulawesi Selatan pun memiliki beberapa desa adat dan masih menjujung tinggi kebudayaannya. Berikut ini desa adat di Sulawesi Selatan yang bisa kamu Kampung Adat Sillanan, Tana pasti sudah tidak asing lagi dengan Tana Toraja, salah satu desa yang masih mempertahankan adat dan budayanya yaitu Desa Sillanan, Mengkendek. Desa ini disebut sebagai Desa Bebatuan, sebab seluruh permukaan tanah di desa ini berasal dari batu kapur. Sebagian besar penduduk di sini bermata pencaharian sebagai petani kopi dan sayuran. Sehingga kamu bukan hanya bisa melihat rumah adat Tongkonan yang dilengkapi lumbung padi, tapi juga ada perkebunan kopi dan sayuran sebagai kamu yang menyukai wisata sejarah bisa melihat beberapa bangunan megalitikum seperti kubur batu dan menhir. Selain itu, ada benteng pertahanan yang disebut Tangdi Rompo di puncak bukit sekitar desa ini. Ada pula Sumur Tintiri yang merupakan sumur adat di desa ini. Sumur tersebut dipercaya dapat membuat awet Kampung Adat Ammatoa, ini merupakan salah satu kampung adat tertua di Silawesi Selatan, tepatnya di Desa Tana Towa, Kajang, Bulukumba. Suku Kajang dikenal memiliki ilmu gaib dan hal berbau mistis. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab suku ini cukup disegani. Selain itu, mereka juga memiliki keunikan dalam hal berpakaian. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dari hasil tenunan dengan pewarna alami. Warna hitam memiliki makna kesetaraan, kesederhanaan dan pakaian, bentuk, warna dan ukuran rumah dari suku ini pun seragam dengan dinding papam dan atap rumbia serta menghadap kiblat. Sedangkan rumah Ammatoa menggunakan dinding bambu. Baca Juga Kembali ke Alam, 7 Spot Camping di Sulawesi Selatan yang Keren Abis! 3. Kampung Adat Karampuang, Tompo Bulu, Bulupoddo memiliki ritual unik bagi siapa saja yang ingin masuk ke wilayah ini. Sebagai tanda penghormatan pada para leluhur, kamu harus mengambil sebuah batu dan selembar daun. Kemudian meletakkan batu tersebut di atas daun. Masyarakat di sini sangat menjunjung tinggi derajat wanita dan menganut matrilineal. Selain itu, rumah adat Karampuang pun memiliki filosofi seperti tubuh manusia. Ada beberapa objek yang dikeramatkan di desa ini, antara lain sebuah kolam tua untuk memandikan balita dan makam Desa Kete Kesu, Toraja pasti sudah tidak asing lagi dengan desa satu ini. Desa Kete Kesu sudah terkenal dengan kebudayaannya di kancah internasional. Jika berkunjung ke sini, kamu akan menjumpai barisan Tongkonan, rumah adat Toraja. Selain itu, ada tradisi kubur tebing, yaitu orang yang sudah meninggal dikuburkan di sebuah tebing dan ditandai dengan patung kayu yang menyerupai Desa Pallawa, Tana desa di Kecamatan Sesean ini merupakan komplek adat kuno yang masih terjaga keasliannya. Tongkonan yang ada di sini pun memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan di Kete Kesu. Selain itu, kamu juga bisa belajar menenun di sini. Meski memiliki daya tarik yang hampir sama seperti Kete Kesu, namun ketenarannya masih kurang. Hal ini disebabkan aksesibilitas yang lebih sulit untuk sampai di lokasi suku di Sulawesi Selatan menghadirkan wisata budaya yang beraneka ragam dan patut didilestarikan. Salah satu wujud mempertahankan kebudayaan daerah setempat yaiti dengan adanya desa adat. Bukan hanya Tongkonan atau suku Toraja, ada juga suku Kajang yang memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, aturan maupun norma yang berlaku di masing-masing desa disesuaikan dengan adat istiadat setempat. Baca Juga Mengenal 'Dare' Macaca Maura, Binatang Endemik Sulawesi Selatan IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. Danau Matano, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Foto instagram/exploreluwutimur Makassar, IDN Times - Empat desa wisata di Sulawesi Selatan masuk daftar 50 besar pada Anugerah Desa Wisata Indonesia ADWI 2022 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi desa wisata tersebut, masing-masing Desa Wisata Barania di Kabupaten Sinjai, Desa Wisata Matano Iniaku di Kabupaten Luwu Timur, Desa Wisata Campaga di Kabupaten Bantaeng, dan Desa Wisata Kambo di Kota 2022 diikuti desa wisata yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Daftar 50 besar diputuskan lewat serangkaian kurasi tim apa empat desa wisata di Sulsel yang masuk daftar 50 besar? Yuk simak uraian singkatnya, dikutip dari laman Jaringan Desa Wisata Jadesta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berikut ini! Baca Juga Empat Desa Wisata Sulsel Masuk Daftar 50 Besar Nasional 1. Desa Barania, SinjaiAir Terjun Barania Desa Barania terletak sekitar delapan kilometer dari pusat pemerintahan Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai. Dari Makassar, jaraknya sekitar 198 menawarkan paket live in atau hidup dan tinggal bersama warga setempat. Mereka yang memilih piknik dengan cara ini akan merasakan pengalaman hidup dalam suasana pedesaan sebagai salah satu tren piknik masa pengalaman hidup berarti wisatawan akan menikmati kebiasaan hidup warga, kenikmatan kuliner desa, budaya desa belajar seni budaya hingga menikmati panorama dan wisata alam yang terdiri dari kampoeng galung, air terjun barania, taman agrowisata pattiroang dan camping di katinroang bissua camp .Tamu wisatawan tinggal di rumah warga. Kalau yang punya rumah hidup membuat gula aren, tamu juga ikut bikin gula aren. Kalau mencari rumput, ikut cari rumput. Kalau Bertani, ikut bertani. Sebagian rumah warga pun menjadi homestay yang bisa ditempati tamu selama berada di Desa Matano Iniaku, Luwu Desa Matano adalah desa yang terletak di Kecamatan Nuha, dengan waktu tempuh +60 menit perjalanan darat dari ibukota Kabupaten Luwu Timur, ditambah 60 menit perjalanan air menyeberangi Danau Matano dengan menggunakan perahu. Penduduknya sebanyak jiwa, mayoritas berprofesi sebagai petani, dan dalam keseharian masih menggunakan bahasa yang terdiri atas empat dusun ini Matano, Landangi, Kayu Tanduk, dan Bone Pute, sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat menunjang Kabupaten Luwu Timur dari sektor pariwisata. Karena memiliki bentang alam yang khas, keunikan budaya, peninggalan arkeologi sebagai bukti sejarah bahwa Matano bukan hanya mengembangkan tradisi akan tetapi juga telah menciptakan peradaban pandai besi sejak yang tidak kalah luar biasanya adalah karena desa ini berada di tepian Danau Matano, danau tektonik purba terdalam di Asia Tenggara + 600m dan terdalam ke 8 di bawah nahkoda Jumahir sebagai kepala desa, Kampung Pandai Besi yang memiliki banyak objek wisata menarik ini, kini tengah mempersiapkan dirinya sebagai geowisata di Indonesia, khususnya wisata minat Desa Campaga, BantaengKampung wisata Campaga adalah salah satu kampung yang terletak di Kelurahan Campaga, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Bantaeng. Kampung wisata ini terletak sekitar 15 km dari area perkotaan, dan bisa di tempuh menggunakan kendaraan transportasi darat sekitar 20 menit dari pusat ini memiliki daya tarik dan banyak dikunjungi oleh orang-orang luar. Kampung wisata ini memiliki beberapa destinasi alam yang banyak menarik pengunjung seperti kawasan Hutan lindung, Air terjun, Wisata buatan kolam renang dan beberapa destinasi Desa Kambo, PalopoDesa wisata Kambo di Kota Palopo, Sulsel. Dok. Jadesta KemenparekrafKambo adalah titik paling indah untuk memandang Kota Palopo. Di tempat ini, Kota Palopo mendapat dua perspektif sekaligus. Jika memandang secara “outward”, kita akan menemukan Palopo sebagai sebuah lanskap kota dengan kawasan terbangun yang intens, dinamis dan bercirikan urban. Namun, jika memandang secara “inward”, kita akan menemukan Palopo sebagai sebuah lanskap kampung di atas bukit yang masih permai, adem, dan bercirikan yang menjadikan Kambo berbeda. Kambo dianugerahi banyak spot yang indah. Sebagai kampung, ia adalah habitat atau tempat hidup bagi jiwa warga Kambo. Sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan hutan lindung, buah-buahan dan produk hutan non kayu lainnya menjadi andalan. Sebagai destinasi wisata, angka kunjungan wisata ke Kambo semakin Kambo, hari-hari warga masih disibukkan dengan aktifitas pertanian, menanam cengkeh, memanen lengkuas, merawat kebun durian, dan menyusur hutan mencari lebah. Meski begitu, dibandingkan dengan budaya bertaninya, Kambo lebih dikenal masyarakat sebagai tempat untuk wisata kuliner di ketinggian dengan latar depan Kota Palopo; tempat camping paling nyaman dan dekat dari pusat kota; serta wahana outbound dan wisata keluarga paling menarik di dataran tinggi Palopo. Baca Juga Lovely December Kembali Masuk Kalender Pariwisata Sulsel